PSIKOLOGI BELAJAR
“KONSEP ANAK DIDIK BELAJAR”
Disusun oleh :
1. Wiwit
Wahyu Widiastuti (13310180)
2. Nala
Miftahun Niam (13310188)
3. Linda
Dwi Ariyani (13310198)
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP
PGRI SEMARANG 2013 / 2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilah,
puji syukur kepada Allah SWT , Tuhan semesta alam atas
limpahan rahmat , taufik , hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP ANAK DIDIK
BELAJAR”. Makalah
ini kami persembahkan kepada siapa saja yang mau membaca dengan tujuan para
pembaca mengetahui dan memahami isi yang tersirat di dalamnya.
Kami selaku penyusun mungkin tidak
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa bantuan dan dorongan yang di
berikan oleh pihak lain. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu.
Makalah ini sangat sederhana,bahkan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari pembaca guna membenahi dan melengkapi kekurangan.
Akhir kata kami minta maaf atas kekurangan yang ada di dalamnya.
Semarang, 1 April 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Peserta
didik secara etimologi adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi
peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata
lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah
mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik tersebut masih banyak
memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini
dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita seorang
selalu banyak mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua.
Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah
(raw material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk
pendidikan.
Dengan diakuinya keberadaan seorang
peserta didik dalam konteks kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari
seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta
didik menuju kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya. Dalam
konteks ini seorang pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik
tersebut.
Ciri – ciri
peserta didik :
a.
Kelemahan dan ketak berdayaannya
b.
Berkemauan keras untuk berkembang
c.
Ingin menjadi diri sendiri
Kriteria peserta didik :
Syamsul nizar mendeskripsikan beberapa kriteria
peserta didik, yaitu :
a.
Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi
memiliki dunianya sendiri
b.
Peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan
pertumbuhan
c.
Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki
perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana
ia berada
d.
Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan
rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal
hati nurani dan nafsu
e.
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi
atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Didalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah
objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan
sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan
sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan
tersebut seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang
dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu
mempertanggung jawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas
tentang:
1. Apa
yang dimaksud anak didik ?
2. Bagaimana
cara mengenal anak didik ?
3. Apa
saja kebutuhan dan dimensi anak didik ?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah
1.
Untuk
mengetahui secara singkat apa yang dimaksud anak didik serta bagaimana cara
mengenalnya.
2.
Untuk
mengetahui secara singkat apa saja kebutuhan dan dimensi anak didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Anak
Didik
Dalam
pengertian umum, peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan
dalam arti sempit peserta didik adalah (pribadi yang belum dewasa) yang
diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Pengertian peserta didik dalam perspektif pedagogis, manusia diartikan
sebagai sejenis makhluk (homo educantum)
makhluk yang harus dididik (Madyo Ekosusilo, 1993: 20). Menurut aspek ini
manusia di kategorikan sebagai “animal
educabile”. peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi
yang bersifat laten, sehingga
dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar ia dapat
menjadi manusia susila yang cakap.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis
menurut fitrahnya masing-masing (Madyo Ekosusilo, 1993: 20). Sebagai individu
yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titk optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu
yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya: 1) Peserta didik adalah
individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia
merupakan insan yang unik. 2) Belum memiliki pribadi yang dewasa sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik. 3) Masih menyempurnakan aspek tertentu dasi
kedewasaanya. 4) Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya
peserta didik tengah mengalami
perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik itu kebutuhan biologis,
rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individu dan
sebagainya.
2.
Cara dan Alat Untuk Mengenal Peserta Didik
Untuk
mengenal peserta didik, pendidik dapat menggunakan bermacam-macam alat. Dalam
uraian berikut ini dapat kita tinjau alat-alat untuk mengenal peserta didik:
1. Cumulative record
Sistem cumulative
record berisikan banyak macam keterangan tentang peserta didik. Bentuk
catatan itu ada bermacam-macam, ada yang menggunakan sistem kartu ukuran 3 X 5
dengan sebanyak 8 pertanyaan, ada juga dengan menggunakan folder (10 X 6) yang
di dalamnya terdapat sejumlah kartu dan sejumlah pertanyaan.
2.
Anecdotal
records
Anecdotal
records ialah catatan tertulis tentang satu atau lebih observasi-observasi
pendidik terhadap kelakuan dan reaksi-reaksi peserta didik dalam berbagai
situasi. Catatan ini dibuat sekali atau dua kali dalam seminggu selama setahun,
catatan ini meliputi keterangan yang diperoleh melalui percakapan informal
antara pendidik dan peserta didik.
3.
Observasi
Pendidik
dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada setiap hari untuk mengamati
tingkah laku peserta didiknya. Melalui observasi yang terus-menerus, pendidik
dapat memperoleh tentang abilitas, sikapnya terhadap kegiatan-kegiatan sekolah,
partisipasinya terhadap berbagai kegiatan, hubungan antara peserta didik dalam
berbagai kelompok.
4.
Projective
techniques
Dengan
teknik ini akan menyebabkan peserta didik mengekspresikan atau memproyeksikan
minat, keinginan, sikap, dan pendapatnya. Dengan menggunakan alat tersebut
pendidik akan memperoleh sejumlah data tentang pribadi peserta didik.
5.
Sosiometri
Tes
sosiometri digunakan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara pribadi peserta
didik atau hubungan sosial diantara peserta didik di dalam satu kelas. Hasil
dari sosiometri pada sosiologi disebut sosiogram. Sosiogram menunjukkan
hubungan antara anggota di dalam suatu kelas/ kelompok, tetapi tidak
menjelaskan mengapa terjadi hubungan itu.
Konsep dasar
perkembangan anak didik
1.
Pertumbuhan
Pertumbuhan
ialah pertumbuhan secara kuantitatif dari substansi atau struktur yang umumnya
ditandai dengan perubahan-perubahan biologis pada diri seseorang yang menuju
kearah kematangan. Pertumbuhan organisme ini bersumber dari bakat dan pengaruh
lingkungan. Pada umumnya peranan bakat lebih menonjol jika dibandingkan dengan
peranan pengaruh lingkungan.
2.
Kematangan
dan Maturasi
Kematangan
adalah tingkat atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan
perorangan sebelum ia dapat melakukan sebagaimana mestinya pada bermacam-macam
tingkat pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan emosional. Kedewasaan (maturation)
ialah kemajuan pertumbuhan yang normal kearah kematangan. Proses maturasi
disebabkan oleh faktor pertumbuhan dari dalam pada berbagai kapasitas dan
struktur.
3.
Perkembangan
Perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni
adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan
itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelektual, emosional,
spiritual. Perkembangan umumnya berjalan lambat, karena itu pendidik harus
memperhatikan dengan teliti, jangan hanya melihat pertumbuhan fisiknya saja,
karena belum tentu sejalan dengan perkembangan dalam segi-segi mental,
emosionalnya, dan sebagainya.
4.
Perkembangan
Normal
Pengertian
perkembangan ini dapat ditinjau dari dua segi. Pertama perkembangan normal
dilihat dari segi pola perkembangan individu peserta didik. Perkembangan ini
berbeda untuk setiap individu.Kedua perkembangan normal dilihat dari segi usia
kronologis. Tingkat usia peserta didik dijadikan dasar untuk menentukan normal
atau tidaknya perkembangan seorang peserta didik.
3. Kebutuhan dan Dimensi Anak Didik
a.
Kebutuhan
Anak Didik
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang
harus didapatkan oleh peserta didik untuk mendapat kedewasaan ilmu. Kebutuhan
peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan oleh pendidik kepada
peserta didiknya. Menurut buku yang ditulis oleh Ramayulis yang berjudul “Ilmu Pendidikan Islam”, ada kebutuhan
peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu:
Ø Kebutuhan
fisik
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang selalu
menagalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses pertumbuhan fisik ini dapat
diidentifikasi menjadi tiga tahapan:
a.
Peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini
peserta didik masih mengalami masa kanak-kanak.
b.
Peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini
biasanya peserta didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan
peraihan pendidikan formal
c.
Peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini
peserta didik mulai mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada
kedewasaan.[1][4]
Pada masa perkembangan inilah seorang pendidik perlu
memperhatikan perubahan dan perkembangan seorang peserta didik.
Selain itu pendidik harus memberikan perhatian, bimbingan, arahan dan lain
sebagainya. Karena pada usia ini seorang peserta didik mengalami masa yang
penuh dengan pengalaman (terutama pada masa pubertas) yang secara tidak
langsung akan membentuk kepribadian peserta didik itu sendiri.
Ø Kebutuhan
sosial (lingkaran hidup)
Pada hakekatnya kata sosial selalu
dikaitkan dengan lingkungan yang akan dilampaui oleh seorang peserta didik
dalam proses pendidikan. Dengan demikian kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang
berhubungan lansung dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dan
diterima di masyarakat lingkungannya, baik itu teman, orang tua, guru, dan
pemimpinya.[2][5]
Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan sosial adalah digunakan untuk memberi pengakuan pada seorang
peserta didik yang pada hakekatnya adalah seorang individu yang ingin diterima
eksistensi atau keberadaannya dalam lingkungan masyarakat.
Ø Kebutuhan
mandiri
Kebutuhan mandiri merupakan
kebutuhan disaat seorang peserta didik telah
melewati masa anak dan memasuki masa keremajaan, maka seorang peserta perlu
mendapat sikap pendidik yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
membentuk kepribadian berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan karena ketika
peserta telah menjadi seorang remaja, dia akan memiliki ambisi atau cita-cita
yang mulai ditampakkan dan terfikir oleh peserta didik, inilah yang akan
menuntun peserta didik untuk dapat memilih langkah yang dipilihnya.
b. Dimensi-Dimensi Anak Didik
Pada hakekatnya dimensi adalah salah satu media yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk membentuk diri, sikap, mental, sosial, budaya, dan
kepribadian di masa yang akan datang (kedewasaan). Widodo Supriyono, dalam
bukunya yang berjudul Filsafat manusia dalam Islam, secara garis besar membagi
dimensi menjadi dua, yaitu dimensi fisik dan rohani. Dalam bukunya ia
menyatakan bahwa secara rohani manusia mempunyai potensi kerohanian yang tak
terhingga banyaknya. Potensi-potensi tersebut nampak dalam bentuk memahami sesuatu
(Ulil Albab), dapat berfikir atau merenung, memepergunakan akal, dapat
beriman, bertaqwa, mengingat, atau mengambil pelajaran, mendengar firman Tuhan,
dapat berilmu, berkesenian, dapat menguasai tekhnologi tepat guna dan terakhir
manusia lahir keduania dengan membawa fitrah.5 dimensi anak didik yaitu :
·
Dimensi
fisik (Jasmani)
Fisik
manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur biotik
dan unsur abaiotik.
Manusia sebagai peserta didik
memiliki proses penciptaan yang sama dengan makhluk lain seperti hewan. Namun
yang membedakan adalah manusia lebih sempurna dari hewan, hal ini dikarenakan
manuasia memiliki nafsu yang dibentengi oleh akal sedangkan hewan hanya
memiliki nafsu dan insthink bukannya
akal.
·
Dimensi Akal
Akal
memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
Akal adalah penahan nafsu.
2.
Akal adalah
petunjuk yang membedakan hidayah dan kesesatan.
3.
Akal adalah kesadaran batin dan
pengaturan.
4.
Akal adalah pandangan batin yang berpandangan tembus
melebihi penglihatan mata.
5.
Akal adalah daya ingat mengambil dari masa lampau
untuk masa yang akan dihadapi.
·
Dimensi Akhlak
Kata akhlak
dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang sangat diutamakan. Dalam Islam
akhlak sangat erat kaitannya dengan pendidikan agama sehingga dikatakan bahwa
akhlak tidak dapat lepas dari pendidikan agama. Akhlak menurut pengertian Islam
adalah salah satu hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia
tidak sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak
dalam Islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung yaitu
keridhoan dari Allah SWT
·
Dimensi
Rohani (Kejiwaan)
Tidak jauh
berbeda dengan dimensi akhlak, dimensi rohani dalah adalah dimensi yang sangat
penting dan harus ada pada peserta didik. Hal ini dikarenakan rohani (kejiwaan)
harus dapat mengendalikan keadaan manusia untuk hidu bahagia, sehat, merasa
aman dan tenteram.
·
Dimensi Sosial
Dimensi sosial bagi manusia sangat erat kaitannya dengan sebuah golongan,
kelompok, maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan terkecil dalam dimensi sosial
adalah keluarga, yang berperan sebagai sumber utama peserta didik untuk
membentuk kedewasaan. Didalam Islam dimensi sosial dimaksudkan agar manusia
mengetahui bahwa tanggung jawab tidak hanya diperuntukkan pada perbuatan yang
bersifat pribadi namun perbuatan yang bersifat umum.
Dalam dimensi sosial seorang peserta didik harus mampu menjalin ikatan yang
dinamis antara kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial. Ikatan sosial
yang kuat akan mendorong setiap manusia untuk peduli akan orang lain, menolong
sesama serta menunjukkan cermin keimanan kepada Allah SWT.
c. Etika Anak Didik
Etika
peserta didik adalah seuatu yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan. Dalam
etika peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis, menurut Al-Ghozali
ada 5 kewajiban peserta didik, yaitu :
1.
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqoruh kepada
Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk
mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela.
2.
Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara
meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya. Menjaga
pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran
3.
Mempelajari ilmu – ilmu yang terpuji, baik untuk
ukhrowi maupun untuk duniawi.
4.
Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran
yang mudah menuju pelajaran yang sukar
5.
Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih
pada ilmu yang lainnya, sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu
pengetahuan secara mendalam.
Agar peserta didik mendapatkan keridhoan dari Allah SWT dalam menuntut
ilmu, maka peserta didik harus mampu memahami etika yang harus
dimilikinya, yaitu :
1.
Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan
hatinya sebelum menuntut ilmu.
2.
Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh
dengan berbagai sifat keutamaan.
3.
Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut
ilmu di berbagai tempat.
4.
Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
5.
Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh
dan tabah
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang peserta
didik bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Peserta didik adalah individu yang mengalami
perkembangan dan perubahan, sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan
untuk membentuk sikap moral dan kepribadian.
2.
Kebutuhan
peserta didik yang berupa kebutuhan fisik, sosial, mendapatkan status, mandiri,
berprestasi, ingin disayangi dan dicintai, curhat, dan mendapatkan filsafat
hidup harus dipenuhi oleh pendidik untuk menunjang perkembangan dan pembentukan
sikap moral peserta didik sebagai insan kamil.
3.
Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang
mempengaruhi akan perkembangan peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan
secara baik oleh pendidik dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak
mulia dan dapat disebut sebagai insan kamil.
4.
Etika
peserta didik dalam proses pendidikan islam sangatlah berperan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dkk. 2006. Ilmu
Pendidikan Cetakan ke II. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Supriono,Widodo. 1996. Filsafat
Manusia dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar